Sabtu, 26 Mei 2012

Hubungan Antara Arus dan Tegangan pada Rangkaian Star-Delta

Postingan ini saya buat setelah membaca komentar pada beberapa blog yang mempertanyakan hubungan antara tegangan dan arus pada sebuah rangkaian listrik, di mana pertanyaan tersebut muncul berkaitan dengan pembahasan mengenai metode starter motor star-delta yang bertujuan mengurangi arus starting yang tinggi. Berikut inti pertanyaannya : 
Pada motor dengan hubung star, tegangan phasa (salah satu belitan motor) lebih kecil dari tegangan line sumber, sedangkan pada hubungan delta, tegangan phasa sama dengan tegangan line sumber. Merujuk pada perlakuan arus dan tegangan pada jaringan distribusi dan transmisi, dimana alasan utama penerapan tegangan tinggi adalah untuk mengurangi besar arus yang mengalir pada jaringan tersebut. Yang berarti hubungan antara tegangan dan arus saling bertolak belakang, dimana jika besaran tegangan meningkat, maka arus yang mengalir akan menjadi semakin kecil. Bagaimana hubungan antara tegangan dan arus pada motor berkaitan dengan metode starting yang digunakan.?
 Sesaat setelah membaca pertanyaan tersebut, saya menjadi bingung, dan terbawa pemikiran penanya mengenai hubungan antara arus dan tegangan, namun dengan keyakinan bahwa metode starting star-delta dapat mengurangi arus starting, maka saya tertarik untuk mencari jawaban dari pertanyaan itu.
Berikut adalah gambar rangkaian hubung star (Y) serta diagram phasor tegangannya :
 (a) Hubung Star pada rangkaian listrik                                     (b) Diagram Phasor tegangan
Pada gambar di atas, tegangan EAB, EBC dan ECA merupakan tegangan line dimana :
EAB = EAN + ENB = EAN - EBN
EBC = EBN + ENC = EBN – ECN
ECA = ECN + ENA = ECN – EAN
Gambar b memperlihatkan diagram phasor di mana dapat dilihat bahwa tegangan phase EAN, EBN dan ECN memiliki magnitude yang sama namun terpisah satu sama lain sebesar 120ºTegangan line EAB merupakan penjumlahan dari vector EAN dan – EBN begitupun dengan tegangan line EBC dan ECA dan juga terpisah 120º satu dengan yang lainnya.
 EAB = EBC = ECA = 2 EAN cos 30º     
                                         
    
                                             
 

Sedangkan arus yang mengalir dapat dihitung dengan persamaan :
IA = IB = IC = Iph(Ia, Ib, Ic) (magnitude)

 
Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa arus yang mengalir pada belitan motor (Ia) sama dengan arus yang masuk (IA). dan diagram phasornya dapat dilihat pada gambar berikut :

Mari kita bandingkan dengan hubungan arus dan tegangan pada rangkaian listrik hubung delta seperti gambar berikut :
 (a) Hubung Delta pada rangkaian listrik                                        (b) Phasor arus dan tegangan
Tegangan phase a (belitan a) = tegangan line = VCA
Sementara arus dalam rangkaian dapat dihitung dengan persamaan :


dan arus line (IA,IB,IC) bisa diperoleh dengan menerapkan hukum Kirchhoff's
IA = Iab – Ica
IB = Ibc - Iab
IC = Ica - Ibc











Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa magnitude arus yang mengalir pada line (IA) adalah √3 kali magnitude arus phasa Iph.
berikut perbandingan arus line yang mengalir pada kedua metode hubung di atas :


Dalam transformasi dari rangkaian star ke delta (atau sebaliknya) maka nilai Z adalah :

Zdelta sama dengan 3 kali Zstar, dan Zstar sama dengan Zdelta dibagi 3

Jadi, kesimpulan dari pembahasan di atas adalah bahwa metode starter star-delta dapat mengurangi konsumsi arus yang dibutuhkan oleh motor untuk starting.

Semoga bermanfaat. 

3 komentar:

  1. artikelnya bagus dan mudah difahami.
    thanks

    https://duniaberbagiilmuuntuksemua.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. Pak saya punya kendala. Alat pt yg saya jaga. Vakum machine blasting painting. Arus tak masuk ke rangkain kontrol.. apa penyebabnya pak???
    Sedangkan arus incomingnya sudah msuk 380 volt. Tapi ke rangkain kontrol tak msuk..

    BalasHapus

 
© 2009 Blog Elektro | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan